Selasa, 01 Mei 2018

M'Hamid, Desa Terakhir Menuju Sahara

Desa Yang Terpencil

Desa M'hamid (baca : Muhammid) adalah sebuah desa terpencil yang merupakan desa terkahir jika kita ingin menuju ke Padang Gurun Erg Chigaga.

Desa ini adalah desa yang sangat tertinggal dan miskin sekali yang hampir berbatasan dengan negara Aljeria merupakan pintu gerbang untuk menuju ke padang gurun Sahara yang bernama Erg Chegaga.
Dalam perjalanan ke Erg Chigaga kita bisa mengunjungi Oasis itu looh sebuah sungai yang terkenal satu2nya yang menggenangi  padang gurun Sahara Sahara. Untuk sampai ke sini yakinkan ke tour guide kalian kalo kalian mau melewati ini. check lah selalu offline google map kalian siapa tahu si sopir dan tour guide kalian bo'ong. Begitu lah di Maroko, kita harus berani eker ekeran soal perjalanan.

Untuk mencapai desa Mhamid kita bisa melakukan dengan cara naik bus umum dari Marrakesh jam 11.30 harga tiket 160 Dirham dan dari Ouarzazate (Bus yg dari Marakesh) jam 16.15 harga 80 Dirham. Lama perjalanan bisa 10-12 jam atau rata2 nyampe di Mhamid antara jam 11, jam 12 tengah malam. Naik bus dan train di Maroko itu unpredictable banget.

Check www.ctm.ma untuk naik bus ke sini.
Kehidupan disini sangatlah sulit. Tidak ada taxi maupun ojek. Desa ini tidak memiliki Bank apalgi Atm, tempat penukaran uang pun belum ada. Jadi kalau mau kesini yakin kan diri untuk membawa uang yang cukup. karena untuk mendapatkan uang cash atau atm ataupun money changer disini kita harus pergi ke desa lain yang lebih besar seperti Desa Zagora, tentunya dengan cara mencharter mobil ke Zagora. Nah kebayangkan berapa lagi biaya yang harus dikeluarkan. Belum lagi jauhnya itu looh.
Perjalanan yang di tempuh ke Zagora bisa 4-5 jam.

warung-warung itu disini
Kalau tidak mau repot atau ada rasa takut ke Mhamid sendiri, kalian bisa ikut tour dari Marakesh. Banyak hotel atau Riads yang menawarkan paket tour di Marakesh (kalo saya mah ogah pake tour karena merasa kurang seru). Cuma yang perlu kalian ingat hati2lah dalam memilih tour karena mereka banyak bo'ongnya juga disini. Banyak tourist scam, yaitu menjual paket yang tidak sesuai dengan apa yang mereka janjikan. Atau mereka menjual paket tetapi mereka tidak mempunyai orang sendiri di Mhamid atau di gurun. Anda hanya di over ke orang lain sebenarnya. Jadi kalau ada masalah, pasti tidak bisa complain juga.




Hal ini sebenarnya yang menjadi alasan utama saya ogah membeli paket tour. Jiwa petualanganku lebih senang untuk mencari jalan sendiri dan mengatasi sendiri jika ada masalah.

Aku dan anak ku Ribka bisa nyampe kesini bener2 by luck. Bayangkan, dari Jerman sana Mhamid sudah masuk list ku sebagai padang gurun yang ingin ku kunjungi karena ke-isolasian-nya dan cerita tentang padang gurun Erg Chigaga nya yang bagaikan dongeng fairytale itu. Membuat keinginan ku kesini lebih besar daripada ke Padang Gurun Merzouga.

Pusat desanya disini
Aku kesini pergi sendiri dengan anak ku Ribka yang berusia 8 tahun. Karena maksa mau pergi sendiri, gak mau ikut grup, gak mau open trip yang belum lagi harus nenteng anak, aku berhasil bikin spot jantung suami yang tinggal di Jerman.
Aku sendiri mengalami schok kultur yang tinggi.
 
Selain gak bisa bahasa Arab, bahasa Perancisku pun parah cuma tebak2 buah manggis, nyampe kesini tengah malam. 

Desa ini adalah desa yang kecil sekali, nyaris tidak ada apapun disini, cuma di tengah2 desa aja ada 3-4 warung makan yang mereka sebut restoran, tidak banyak pilihan apalagi kemewahan. 
Desa ini cukup disusuri pake jalan kaki aja maka sudah cukup mengelilinginya. Yang bikin was was adalah orang2 disekitarnya. Mereka Suku Nomads asli yang tinggal di desa ini masih berpakaian asli ala nomad. Dijalanan dan di warung yang terlihat hanyalah ada laki-laki, perempuan tidak ada dijalanan di desa ini karena mereka masih memegang tradisi yang kuat. Perempuan harus tinggal di rumah saja dan menyembunyikan diri mereka disana. Jadi untuk turis perempuan, walaupun mereka menerimanya disini, berhati2lah terutama dalam cara berpakaian. Bijaksanalah!

Karena kampung ini sangat miskin, ada baiknya kalau kalian kesini bawa bahan makanan sendiri dari kota. Seperti saya bilang, bawalah Nutella atau salami atau ham atau apapun yg bisa kalian jadikan makanan karena disini tidak banyak yg bisa kalian dapatkan. Karena terpencil dan tandus bahan makanan jadi susah sekali didapatkan. Tapi Roti khas maroko itu masih bisa kita dapatkan dimana mana. Saat menginap disini pun kita harus memesan makanan duluan misalnya untuk sarapan atau makan malam. karena walapun pun menginap di hotel stock bahan makanan tidak selalu tersedia. Jadi mereka perlu waktu untuk mencari dan menyiapkan makanan untuk tamu.


Para Nomads yang menawarkan saya tour
Hal lain, Bawa lah toilet tissue atau handuk jika kesini. Karena di hotel dan di gurun sering tidak di sediakan. Bukan hal yang common untuk mereka disini.

Catatan: Perhatian! Penduduk di Mhamid itu masih tradisional sekali, aku bilang mah masih primitive. Mereka tidak suka difoto. Jangan pernah main japret sembarangan, jangan memfoto obyek manusia dan kehidupan pribadi mereka. Karena mereka bisa akan sangat agressive untuk hal ini. Saya alami sendiri makanya tidak punya foto banyak dan bagus disini.Jadi nervous dan kapok.

Jika ingin tahu cara ke Erg Chigaga, bacalah cerita di halaman dibawah ini :
https://alceganyau.blogspot.de/2018/04/padang-gurun-sahara.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar