Senin, 27 April 2020

Malam terakhir dirumah hantu

   Hallstatt, Austria! 

Malam itu,
Gak nyangka malam terakhir dalam perjalanan pulang kami dari Balkan, aku dan Ribka anak ku yang baru berumur 9 tahun justru bakal menginap di rumah horror. 

Kami berdua membawa mobil dan saya menyetirnya sendiri dari Jerman jalan jalan keliling negara Balkan.

Dalam waktu 2 minggu kami mengunjungi 6 negara dengan menyetir mobil sendiri dari Jerman. Dan saya yang menyetir sendiri dan tanpa teman yang bergantian. Anak saya selalu saya dudukan di kursi

Saya memilih bermalam di sebuah desa sebelum Hallstatt, selain alasan harganya lebih bersahabat juga karena ada tempat parkir pribadi yang free of charge ( eropa tempat parkiran sangat mehong loh ya). Siang hari sebelum sampai kesana, saya dapat email dari owner tentang instruksi self check-in dan kunci dimana bisa diambil.

Jam 8 malam kami tiba disana, tenyata tempatnya sebuah rumah tua namun tetap cantik terawat. yang besar banget. berlantai 3 dan kosong melompong tiada kendaraan lain dan tiada penghuni lain.
Setelah mengambil kunci di safety box dengan kode sesuai instruksi wa.
Saya wa owner tanya dia ada dimana? ternyata dia dan keluarganya justru tinggal dirumah mereka lainnya. Dan setelah aku tanya, cuma kami berdua aja disitu malam itu. Aku pikir okelah, mungkin karena disini desa makanya sepi tamu. Jadilah cuma kami berdua aja yang akan menginap di rumah besar itu. Aku iseng tengok2 hitung, ada 8 kamar. Kamar kami pun lumayan luas. Rumah ini pun letaknya bagus dan berview indah.

Malam yang dingin dan sepi aku terlelap karena capek. Tiba-tiba aku mendengar suara orang bicara lapat dan ketawa gak jelas diluar, antara ruang dapur dan tamu. Aku pasang kuping tapi gak jelas.
Lalu aku dengar suara cuci piring di dapur. Karena kamar kami memang diujung dan 1 lantai dengan dapur dan berada di kantai 1, aku memutuskan bangkit dan mau melihat ke dapur sekalian mau bilang hello jika memang ada tamu lain yang baru datang.

Keluar kamar ternyata gelap, lampu tidak ada yang nyala. Loohh kok?
Aku diam merasa aneh lalu balik lagi masuk kamar. Baru mata mulai terlelap, suara2 itu datang lagi, lapat lapat dan seperti suara orang duduk ngobrol sambil mengerjakan sesuatu di dapur. Aku penasaran lagi karena tahu memang tidak ada penghuni lain malam ini. Aku keluar (lagi lagi pengen menyapa) tapi begitu buka pintu kamar ngelihat ke arah dapur tetap gelap gulita. Mestinyakan kalo ada orang lampunya pasti menyala. (Kebiasaan orang barat lampu selalu dimatikan jika tidak ada orang atau sudah tidur).

Lagi tak halo2 ke dapur tidak ada yang nyahut, suasana diam membisu. Kali ini aku merinding...
Aku balik ke kamar berusaha merem lagi karena memang capek banget. Pada saat sudah mulai tertidur ayam gitu lalu terdengar suara praaang seperti suara piring terjatuh dan lagiii...ada suara orang nyuci piring dengan air yang mengalir kencang di bak cuci piring.

Aku mulai heran, dapurkan sudah modern dan memakai mesin pencuci piring automatis. Kenapa bisa ada yang cuci piring pakai tangan? Lagian tadi waktu saya masak mie, semua peralatan yang kotor sudah saya masukin ke dishes washing machine?
Perasaan mulai gak enak.

Saya nyalakan lampu kamar dan membuka pintu dengan kencang sengaja biar ribut. Saya berjalan menuju dapur, gelap dan senyap. Switch lampu semua off. Saya langsung menuju zink cuci piring memeriksa, kering! Dishes washing machine saya buka juga kering, kompor kaca saya periksa, dingin.

Naah...pasti ini sudah! Nggak usah tanya lagi saya berdegup kencang. Merinding antara takut dan mau lari rasanya. Tapi dimalam yang dingin di desa eropa yang sepi emangnya mau lari kemana? Lagian Ribka tidur baik2 aja.


Akhirnya menutupi rasa takut saya nyalakan semua lampu yang ada dan berbicara sendiri seolah ada orang disitu. Saya pakai bahasa Indonesia: "maaf ya bagi kalian yang tinggal disini jika terganggu, aku disini cuma tamu. Aku nggak mau mengganggu nggak mau nyakiti kalian disini. Aku cuma mau menginap 1 malam aja disini. Please jangan ganggu saya sama anak saya" ( ngemengnya sambil melas sambil mewek)🤣🤣🤣😜😜 Aku lanjutin lagi ; "Besok kami pergi dari sini dan kalian akan bebas gak ada yang ganggu lagi" ..hahaha...Hahaha.. emangnya hantu Austria ngerti bahasa Indonesia??

Aku balik ke kamar, gak bisa tidur sampai pagi. Tapi suara2 itu sudah tidak ada lagi sejak aku bicara tadi.

Besoknya begitu bangun cuma sikat gigi, langsung kabooorr🤣🤣🤣

#alcehallstatt #alceaustria #jejaktonyoi





Sabtu, 26 Oktober 2019

Kisah Emak dan anak menyetir sendiri ke Montenego



A Day Trip to Montenegro.

Seperti cerita saya sebelumnya, saya melakukan perjalanan ini hanya berdua saja dengan anak saya yang baru berumur 9 tahun dan semua persiapan  perjalanan yang saya lakukan sendiri.

Perjalanan dimulai dari Jerman (Frankfurt), dan setelah kami mengunjungi Zagreb, banyak tempat indah di Serbia timur, Serbia Tengah dan Dan Serbia Barat, kami melewati jalan berkelok-kelok kayak ular naga di Serbia dan Bosnia, dan setelah mengunjungi Mostar yang terkenal di Bosnia, saya memutuskan untuk heading ke Dubrovnik, Croatia. Ketika sampai di Dubrovnik, trip mobil sudah mencatat 2.763 km sampai disini. Dubrovnik berbatasan dengan Bosnia dan Montenegero. Saya ingin menginap di Dubrovnik dan dari Dubrovnik ini saya ingin melakukan day trip saja ke Montenegro karena sudah bosan pindah-pindah hotel.

Montenegro adalah sebuah negara kecil yang berada di pesisir laut adriatic, memiliki panorama laut dan pegunungan yang cantik sekali mengitarinya.

Montenegro belum menjadi bagian dari EU sama seperti Bosnia. WNI boleh memasuki Montenegro secara bebas selama 7 hari jika memiliki Visa Schengen.


Target tujuan saya ke Montenegro adalah sebuah kota yang bernama Kotor. Kotor adalah kota terbesar ke 2 setelah Podorico ibukota Montenegro. Kotanya sangat unik karena letaknya berada disebuah ceruk teluk yang melingkar penuh sehingga menyerupai danau. Menjadikannya sebagai the most beautiful bay in Europe dan menjadi The UNESCO world Herritage sites.

Ada target lain yang ingin saya kunjungi di Kotor, yaitu sebuah Monastery tua bernama Monastery Ostrog. Sebuah biara yang di bangun dengan cara di pahat kedalam perut gunung.


Ditolak di Border Bosnia.
Menuju Ostrog, Google ternyata mengarahkan kami kesebuah jalan yang melewati border Bosnia terlebih dulu. Monastery ini tidak terletak di kota Kotor, tetapi berada di luar kota yang jauh terpencil antara Kotor dan Podorico dan jalan terdekatnya kami harus melewati border ini.

Ini yang tidak kusangka sebelumnya. Memasuki Border control saya penuh percaya diri menyapa dalam bahasa Jerman. Tiba-tiba mereka minta Surat Green Card Driving (semacam International Insurance untuk seluruh wilayah Europe) dan STNK. Padahal selama perjalanan ini saya sudah 6x bolak-balik keluar masuk border Bosnia dari Serbia tapi tidak pernah dicheck apapun soal surat-menyurat mobil. Aku mulai panik mencari! Secara waktu berangkat aku percaya sama suami kalau dia telah memasukkan semuanya ke dasboard mobil. Setelah membolak balik document di dashboard ternyata cuma nemu Green card asli, STNKnya cuma copy-an. Woohaaa lemas dan mau ngamuklah aku sama suami.

Aku minta ijin menepikan mobil kepinggir dan bilang mau menelpon suami yang lagi berada di Tokyo. Yolooohh..nelpon berkali-kali telponnya tidak diangkat-angkat. Iya..inikan jam sibuknya dia di Tokyo, pasti dia lagi sibuk meeting dan Hp pasti dalam keadaan silent.

Pasrah dan putus asa aku berjalan menuju post control. Nasib mujur masih berbaik padaku, suami akhirnya melihat juga missed call ku di hpnya dan menelpon balik. Ternyata STNK asli tidak dia masukin ke file di Dashboard karena katanya selama ini kemana pun dia pergi tidak pernah diminta yang asli, kalau di eropa barat dan tengah aja copian itu sudah cukup. Gimana bisaaa..?? Lemas mau nangis akutu.


Akhirnya ku balik ke pos polisi, memelas bilang kalo aku nggak punya yang asli. Clear, aku tidak diijinin lewat dan harus puter balik ke Croatia. Aku seperti biasa pantang menyerah. Berusaha bernegosiasi ; “Please tolonglah kasih saya lewat, saya sudah jalan sejauh ini dari Jerman, melewati ribuan kilometer membawa anak kecil pula, dan sekarang cuma mau melakukan day trip ke Montenegro tidak bisa?? It’s really not fair. Saya sudah bolak-balik keluar masuk Bosnia di border Serbia tapi kenapa saya fine-fine saja? “ Saya sodorkan passport suruh mereka lihat stempel Bosnia memenuhi halaman passport saya di dalamnya. Kalau dihitung saya dan anak saya ada 6x bolak balik keluar masuk Bosnia selama trip ini sebelum tiba di border Montenegro ini.

Bapak tua yang mengontrol saya keukeuh cuma bilang kalo Bosnia dan Montenegro itu bukan  EU. Sebeel.. akhirnya aku dengan suara lemah dan sedih bilang: baiklah pak saya akan putar balik lagi, tidak jadi dah sampai ke Montenegro walaupun saya sulit menerima alasan ini, karena di eropa barat yang ketat saja saya tidak pernah di minta Surat yang asli.

Saya keluar dari ruangan itu, salah 1 polisi ikut keluar. Sambil mendekati saya setengah berbisik dia bilang, "coba lewat jalan yang sebelah pinggir laut, biasanya mereka tidak ketat kontrolnya dan tidak meminta surat asli, jaraknya sekitar 40 km saja dari sini" begitu katanya. Omaigaaatt…Ini bagaikan kata-kata ajaib nan merdu untuk moment seperti ini.


Aku balik ke Mobil dan minta pendapat anakku  apa mau coba ke border lain itu (aku memang selalu tanya pendapatnya jika ingin memutuskan sesuatu, memperlakukannya seperti dewasa untuk berpendapat).
Eehh anak ini bukannya takut malah bilang we drove here so far, we have to try it, 🤣🤣Gendeng! Rupanya darah adventourus sudah mengalir deras padanya. Denger omongannya, kami langsung putar haluan mencari border yang dimaksud.

Setelah 40 km kami sampai di border di jalur pinggir laut.
Betuul, border control ini easy going bangeet. Mereka hanya minta passport dan Green Card asli saja. Tanpa bicara apapun, setelah stempel passport kami langsung disuruh lewat.


Kondisi Jalan di Montenegro
Montenegro itu adalah daerah pegunungan, jalannya hampir tidak ada jalan yang lurus, semua berkelok-kelok, tapi semua jalan hampir beraspal dengan baik.

Kalau jalan di Serbia dan Bosnia kayak ular naga kelipat, bagiku jalan ke Montenego lebih sereem lagi.

Meninggalkan border Croatia dan memasuki border Montenegro sampai ke Kotor jalan masih biasa-biasa aja. Tapi begitu meninggalkan teluk Kotor menanjak naik menuju Ostrog jalannya sudah tidak rasional lagi. Sudah kayak benang kusut.
Dalam perjalanan ini,  ada sekitar 5 kilometer jalan tanah yang dalam proses perbaikan yang sempat membuat saya kuatir takut kalau ban mobil bakalan bocor kena batu yang tajam, tapi syukurlah situasi jalan jelek ini pendek saja. Dan saya pikir perbaikan jalan ini akan selesai beberapa bulan ke depan dan semua jalan akan menjadi halus.


Jalan menuju Monastery Ostrog itu sangat kecil, memiliki tikungan tajam yang sangat kejam. Tikungan tajamnya itu berada ditiap jarak 20-25 meter, karena jalannya yang sempit jika kita berpapasan maka salah satunya harus maju atau mundur ke tikungan yang dibuat agak luas untuk saling memberi jalan. Jalan ini sudah jalannya sempit di sebelah kanan kita naik hanyalah tebing.  Karena letak Monastery yang tinggi dan jalannya curam, saya sampai tidak mau sama sekali melihat kearah lembah walaupun berpemandangan indah, saya focuskan mata saya ke pinggiran kiri saja biar tidak ngeri sama ketinggian.

Menyusuri jalan berkelok kayak benang kusut ini membuat saya sempat membathin, bahwa saya akan mencoba semampu saya aja. Kalau keberanian itu sudah habis maka saya harus rela untuk putar balik. Tapi setelah saya jalani beberapa kilometer saya merasa baik-baik aja dan saya melihat anak saya yang duduk di kursi belakang pun tenang-tenang aja menikmati perjalanan, maka saya pun ikut tenang. Pemandangan alam yang luar biasa indah bagaikan lukisan membuat saya mantap dan bersemangat untuk menyelesaikan  perjalanan ini hingga tamat.


Ditangkap Polisi Speedcontrol Montenegro

Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan!
Sepulang dari Monastery Ostrog kembali ke Kotor (kami harus melewati jalur pinggir laut lagi karena takut  bermasalah di Border Bosnia itu). Ketika selesai melewati jalur benang kusut Ostrog dan melewati jalur ular kelipat sebelum Kotor, disebuah jalan yang agak lurus dibalik sebuah bukit tiba-tiba kami di stop oleh 2 orang polisi yang lagi berjaga disitu. Bukan cuma kami yang di stop tapi ada 2 mobil lainnya juga. Ku buka kaca mobil sopan menyapa dan pasang senyum semanis mungkin.

Si polisi permisi minta sim dan pasport. Aku kasih lihat sim Internasionalku saja. Setelah itu dia bilang aku overlimit…Whaattt… Saya mulai panik tapi otak sempat bekerja cepat untuk assertif.
Saya lihat polisinya suka senyum, langsung saja otak saya berpikir untuk mencari celah.
„Pak Orang Montenegro itu ternyata ramah dan suka senyum yaah” hahaha..aku mulai bertaktik.

„Iyaa orang Montenegro itu baik dan ramah” wuahaha..gayung bersambut pancingan ku mengena!

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membuka pembicaraan. Memuji negaranya yang indah, makanannya yang enak dan menyamakan kulturnya yang mirip-mirip Indonesia, dsb-dsb. Sampai akhirnya dia balik ke point aku over limit. Tapi aku sudah relax,sudah nggak panik lagi. Aku harus mencoba membawa keadaan ini ke kesituasi seperti pengalaman kita-kita dulu kalau kita di tangkap polantas di Indonesia, kita rayu polisinya..hahhaha… Maka kurayulah dia. Aku bilang aja please jangan berikan aku bad memory tentang Montenegro karena ini perjalanan pertama saya dan saya sangat menyukai negara ini, bla bla..you knowlah type rayuan pulau kelapa itu kayak apa. Akhirnya si polisi lemah dan bilang, baiklah I will let you go, tapi hati-hati jangan mengulangi dan minta fb mu supaya kita tetap bisa berteman..wuahaha…emak nenteng anak begini aja masih bisa dapat penggemar rupanya..wkwkwk…Aku tetep sopan bilang kalau aku punya Fb tapi jarang online (…bulshiiiitttt...) dan aku minta dia aja yang kasih Fbnya dan nanti aku yang add dia jika sudah sampai di hotel..hahaha. Berhasil dan sukses, pasport dan sim ku dikembalikan, kami berlalu dengan selamat, tentu saja aku tidak ingin add dia di Fb ku…hahhaha…

Ostrog Monastery

Monastery ini berada di pegunungan Ostrog yang berhadapan dengan lembah Zeta yang luas dengan panorama yang menakjubkan.

Monastery ini tidak ada alamat yang jelas di google, untuk kesini saya ngeset Desa Nikšić di navi mobil dan setelah sampai di Nikšić saya ikut apa kata google map offline saya aja di hp.

Belum ada transportasi umum menuju Ostrog, jika orang mau kesini harus naik kendaraan sendiri atau ikut tour dari Podorico atau Kotor. Ikut tour kesini sebenarnya tidak terlalu mahal menurutku apalagi tour itu di kombinasi dengan beberapa tempat yang menyajikan view yang spektakuler. Jika pengen ikut tour ini silahkan lihat link di bawah ini :
https://360monte.me/north-montenegro-durmitor-tara-ostrog-tour

Keunikan Monastery Ostrog yang dibangun di perut gunung dengan cara memahatnya kedalam perut gunung menjadikannya sangat unik. Kesakralannya yang terkenal jadi sering membuat rakyat Montenegro menggunakannya sebagai alat untuk bersumpah jika mereka menekankan makna didalam janji atau kata-kata mereka, “Demi Ostrog“.  

Didalam Monastery tidak boleh di foto sama sekali, hanya di halaman bawah dan diteras atas saja yang boleh difoto.

Monastery ini sangat misterius menurutku, bukannya merasa tempat ini suci tapi aku justru memiliki perasaan ganjil dan aneh tempat ini.
Penduduk setempat mensakralkan sekali tempat ini. Mereka yang datang kesini umumnya orang-orang yang religius. Monastery ini milik Kristen Ortodoks. Tidak boleh berpakaian seksi dan berbaju terbuka, banyak dari pengunjung religius yang menutup kepalanya seperti kerudung jilbab di Timur Tengah disini. Diantara grup mereka ada juga yang menyanyi lagu puji-pujian yang tentu saja dalam bahasa yang tidak ku mengerti.


Saking mereka menganggap tempat ini suci dan sakral, banyak diantara pengunjung yang melihat tiang dan dinding yang berlukisan batu mozaik marmer merabanya dengan penuh perasaan bahkan menciumnya. Sungguh melihat cara mereka ini saya justru tidak merasa sakral tapi justru merasa ganjil bahkan musrik. Entahlah, maafkannya saya.

Didalam Monestary yang berada di perut bumi ini ada ruangan altar untuk berdoa bagi arwah yang sudah meninggal dan ruangan altar berdoa bagi yang masih hidup. Kita bisa menuliskan nama-nama yang ingin kita doakan dan kita bisa meminta bishop yang bertugas disitu untuk mendoakannya. Didalam ruangan ini saya rasakan ada kekuatan luar biasa sekali. Seperti ada kekuatan magis yang tak terlihat. Aku bahkan merasa ada tenaga besar yang menarik ku untuk bertekuk lutut di depan sebuah altar kecil dipojok ruangan. Tak kuasa dalam telut ku aku bahkan sampai menangis tersedu-sedu.


Catatan :

1.      Walaupun Monastery Ostrog ini milik kaum Kristen Ortodoks, tetapi agama apaun tidak dilarang untuk masuk kesini. Dan untuk masuk kesini tidak dikenakan biaya alias gratis.
2.      Pada bulan Mei-September jam bukanya 06:00-17:00, dan Oktober-April 05:00-16:00.
3.      Jangan berbaju terbuka, bercelana/ber-rok pendek (perempuan) tidak berbaju sexy
4.      Monastery ada 2 level ; upper level dan lower level
5.      Kalau membawa kendaraan sendiri bisa langsung parkir di Upper level persis disamping Monastery dan parkirnya gratis.
6.      Jika ikut tour minibus, ada yang hanya sampai di lower level tapi ada juga yang sampai ke upper level. Jarak lower dan upper ini lumayan jauh.
7.      Jika ingin spend time di Monastery ini, di lower level itu ada dormitory yang dikelola oleh monastery seharga €4/bed/night. Disekitarnya pun ada resoran kecil dan harganya cukup murah.

Demikian kisah perjalanan emak dan anak ke Montenegro, semoga bermanfaat.

Facebook : Alce Ganyau
Instagram : Alce Ganyau 

Dari teras atas Monastery

Pemandangan di Perast

Gereja di tengah teluk, kesini itu harus naik boat




Senin, 21 Oktober 2019

Cerita Lengkap Nyetir Sendiri ke Serbia


Emak dan Anak Nyetir sendiri ke Serbia
Drina River house

Perjalanan ini dilakukan berdua saja dengan anak perempuan saya yang berumur 9 tahun.
Perjalanan menuju ke Serbia kami mulai dari Frankfurt, Jerman. Kami menempuh jarak 1.423,8 km untuk mencapai ke Belgrade. Karena memang melewati Zagreb kami singgah dan menginap di Zagreb 1 malam.
Dari Zagreb perjalanan di tempuh 4 jam dengan jarak 393 km. Toll Zagreb ke perbatasan Serbia cuma kena biaya 46 kuna atau 7€, toll dari entry serbia ke Beograd cuma 409 Dinnar (Rsd) atau 3,50 €. Pembayaran semua toll di Serbia sama seperti di Indonesia, namun bisa menggunakan credit card dan cash baik dalam euro maupun Dinar, mata uang Serbia. 1€ = 117 Dinar dan 1 Rsd = 133, 64 Rupiah
Perjalanan toll Zagreb ke perbatasan Serbia itu kurang mulus. Agak bergelombang aspalnya kayak toll Surabaya- Temanggung 😜🤣 . Kecepatan menyetir toll disana hanya boleh antara
100-130 km/hours, saya menyetir dengan kecepatan sesuai dengan plang yang tertera di jalan saja.

Melewati perbatasan dan passport control 2 negara juga tidak bermasalah sama sekali, cuma perlu waktu 3 menit di post. Itupun tidak perlu keluar dari mobil. Tempatnya cuma seperti gerbang tol. Tidak ditanya macam-macam, cukup kasih tunjuk passport, Surat kendaraan tidak ditanya dan tidak diperiksa.

Drina river house dari kejauhan

Beograd itu gede banget cuuyy. Orang lokal bilang, Beograd itu 4-5 × lipat gedenya dari Zagreb. Kalo aku bilang mah Cosmopolitan bangeeet.Beograd memiliki segalanya, perpaduan bangunan old and new style disini sebenarnya asik banget untuk dinikmati, tapi sayangnya chaotic kayak Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Indonesia, tipikal kota besar memang. Naik kendaraan disini juga gak bisa main belok dan stop, atau parkir seenaknya. Kalau kelewatan dikit obyek yang dituju, mesti muter keliling dunia dulu. Dimana-mana parkir ya harus bayar. Dan please notice disini ; Kalau dirimu hanya terbiasa menyetir mobil didaerah kalem kayak eropa barat dan eropa tengah, Beograd itu bukan untuk mu. Dalam hal ini aku beruntung karena sudah terbiasa menyetir di bali yang sering krodit dan pengalaman nyetir chaotic selama hidup dicina sangat membantu untuk menyetir aman di Belgrade. Pengalaman biasa nyetir di eropa tengah dan barat membuat ku cukup percaya diri berkendara disini.

Ke Serbia kami kemana aja ;
1.       Belgrade atau Beograde dalam bahasa Serbia.
2.       Novi Sad,
3.       Golubac Fortress dan Kapiten Missin Breg
4.       Mokra Gora.
5.       Drvengrad Mečavnik
6.       Sargan Eight
7.       Drina Water House
8.        Uvac Canyon (sudah masuh wilayah Bosnia)
      
    Pengen Nangis di Beograd.
Church Saint Sava
Beograd bahasa Serbia-nya, Inggris menyebutnya dengan Belgrade adalah Ibukota Serbia.
Karena membawa mobil sendiri, aku jadi mencari penginapan yang selalu ada tempat parkirnya.
Sampai di Beograd jam 8 malam, yalooohhh Beograd itu gede banget cuuyy.
Nggak nyangka banget kalau Beograd itu sangat krodit kotanya.
Begitu tiba langsung mencari alamat penginapan, apartmentnya nggak ada nomor jelas di depan, Navi mobil dan navi Google aja sampe bingung, mana tempatnya ternyata dijalan utama yang crowded banget lagi. Sistem parkirnya aku harus nelpon dulu baru di buka'in garasi. Waduh dijalan yang sangat macet dan crowded jadi lah aku mangsa pip pip klakson tanpa henti. Si ibuk owner tidak bisa menjelaskan dengan clear pula location nya. Jadi lah aku harus mutar sampe 3x sampai bisa nemu. Woohaaa... muter 3x itu perlu waktu 1,5 jam taaauukk. Tipikal kota besar yang gak bisa main belok dan stop seenaknya. Mesti muter keliling dunia. Mau nangis rasanya. 
Kalemegdan
Indeed, senangnya kamar kami full furnish. Lengkap kitchen dan strong wifi kesukaan Ribka anak saya. 1 studio apartment yang muat 4 orang, di center Beograd dengan harga Cuma 33€ dengan parkir mobil yang aman dan gratis akhirnya membuat saya terhibur menghadapi kroditnya Belgrade.
Beograd punya semuanya, maju dan moderen. Kotanya yang Cosmopolitan menyediakan semuanya. Sayangnya aku kesini tidak berkeinginan untuk shopping.
Note; di Belgrade belanja dengan euro tidak berlaku. Harus tukar uang atau tarik cash di mesin Atm. Kalau beli bensin dan bayar tol pasti bisa pakai CC, makan di restoran juga ada yg bisa pakai CC ada yang tidak. Naik taxi harus bayar cash. Naik taxi di Belgrade tidak mahal, kurang lebih seperti di jakarta. 

Sistem parkir di Novisad
Ketemu orang baik di Novi Sad, Serbia.
Novisad adalah kota kultural bagi Serbia. Salah satu kota yang paling diminati turis terletak sekitar 1 jam naik mobil dari Beograd. Naik jalan tol hanya perlu bayar 240 dinar (2€).
Sampai disini kami cari parkir yang dekat dengan Centre old town nya. Udah dapat parkir eeh mesin otomatnya sudah gak berfungsi lagi. Menurut orang2 yang kami tanya di novisad sudah gak bayar pakai mesin parkir lagi tapi pakai sistem sms ke call center parkir nnt biaya akan dipotong atau dibebankan dari pulsa hp. Wadoww..aku panik secara aku cuma punya no hp Jerman.
Akhirnya aku cegat pak satpam yang kebetulan ngepos di sebuah perusahaan besar dekat aku parkir itu. Lalu ada Bapak2 pegawai yang baru masuk dan tanya kami kenapa. Pak Satpam jelasin problem parkir kami. Eeeh si Bapak ganteng itu bilang dia akan bantuin kami sms parkir pake hapenya dan ketika mau kubayar nggak usah katanya. Padahal aku gak ada kedip2 mata loohh...
Puji Tuhan, itulah seninya travelling...
Note; btw akhirnya aku beli simcard di Serbia. 3 Gb hanya 350 rsd which is aku hitung jadi 3 € aja dan berlaku utk 7 hari.

Golubac and Kapiten Missin Breg
Benteng Golubac
Golubac Fortress adalah must see list untuk saya di Serbia. Trus ada tempat 1 lagi yang indah namanya Kapiten Missin Breg, sebuah restaurant di puncak ketinggian dengan view spektakuler ke sungai Danube. Golubac dan Kapiten missin Breg itu tempatnya jauh di ujung Serbia, dekat perbatasan Romania. Tadinya saya sempat ragu banget untuk kesini karena saya lihat di Google map jalannya sepertinya ngeri banget kayak ular kelipat2. Belum lagi saya baca review kalo jalan kesini itu kurang bagus.
Saya coba cari informasi tentang tour, alamaaak semua mehong bingitz. Tour umum dari Beograd atau Novisad itu rata 75€-100€/person/full day aja. Lalu saya coba lihat di Viator ada yg 45€-60€ merasa kok murah coba daftar eeh kalau peserta kurang dari 4 orang berarti saya harus bayar tambahannya yg akhirnya diminta jadi 250€ untuk saya berdua dengan anak saya saja. Yaah gak jadilah. Hitung untung ruginya, akhinya saya memilih nekat saya nekat untuk menyetir sendiri saja kesana.

Kapiten Missin Breg


 Berjarak 133 km dari Beograd perlu waktu 2 jam kesana. Dan sepertinya tidak ada angkutan umum kesana.
Jalanan jelek dan bertikungan tajam yang saya takuti itu ternyata tidak apa-apa bagi kita orang Indonesia apalagi yang sering nyetir didaerah remote area kayak Kalimantan atau kampung-kampung di bali (karena saya tinggal dibali jadi bandinginnya bali). Jalan begini mah kecil aja.
Setelah keluar dari tol dari Beograd (tol cuma bayar 2,5 €), Jalan kesini tu sepiii apalagi kalau sudah dekat Golubac sampai ke Kapiten Missin Breg, yaallooohh cuma kita aja dijalanan. Tapi entah gimana kok saya gak ada takutnya dan merasa aman-aman saja. Melewati kampung-kampung kecil saya cuek aja stop untuk foto-foto dan menyapa orang-orang yang saya temui. Wuiidiihh gak nyambung bahasanya pokoknya.
Saya juga sengaja membelot dari navi mobil. Jalan google mengarah langsung ke Golubac Fortress tanpa masuk kampung Golubac, tapi saya justru membelokkan mobil memasuki kampung Golubac. Kepengen tahu aja situasi dan konsidi perkampungan orang disini. Yoloohh masuk kampung itu asik, banyak gereja-gereja mungil yang berbentuk mesjid, tipikal gerjea daerah sini sepertinya. Rumahnya juga bagus-bagus dan keren modelnya. Kayaknya orang di daerah sini hidupnya Makmur-makmur.
Kapiten Missin Breg membuat rindu utk indonesia terobati

The art of travelling.
Travelling itu akan jadi berseni jika kita mengalami kejadian tak terduga atau ketemu orang yang tak disangka. Tak disangka di sini kami accidentally bertemu dengan Serbia's Couchsurfing Ambassador yang berasal dari Novisad.
Berawal sesampai di Golubac, kami sama-sama memarkir mobil dipinggir jalan yang berjarak beberapa ratus meter dari Golubac Fortress. Kami masing-msing menuju sungai Danube untuk mencari posisi foto yang baik ke Benteng.

Aku yang dalam perjalanan begini biasanya lebih rajin menyapa orang menegurnya.
tidak sengaja ketemu Ambassador serbia
"Hi..dapat foto bagus?" Aku menyapa.
"Aahh nggak terlalu" katanya..sejak dibikinin pagar disini, dan bla bla bla..dia mulai bercerita dan akhirnya kami jadi ngobrol.
Kami kemudian kembali ke mobil masing-masing dan melanjutkankan perjalanan kami sendiri-sendiri. Tiba disebuah view point saya stop lagi untuk mengambil foto..eeh ibuk ini ternyata juga ada disana. Dia mendatangi kami dan menawari kue tradisional Serbia yg dibuatnya sendiri.
Aku dan Ribka tentu saja dengan sopan menerima dan memuji membuatnya senang.
Akhirnya kita jadi kenalan dan ngobrol lagi...
Karena obrolan kami saling nyambung dan sepertinya ada chemistry diantara kami, dia mengajak kami ke restoran kecil dipinggir jalan untuk ngopi. Ngobrol jadi tambah seruuu...
Saling tukar cerita dalam waktu yang sangat singkat...
Dia bertanya jika aku tahu tentang Couchsurfing, yang aku jawab bahwa aku membernya CS but the real old soul of CS.
Ooww dia senangnya, no wonder katanya kalau aku dan dia begitu sangat berbeda dari "normal people"
🤣🤣 Akhirnya dia mengaku kalau dia adalah Ambassador CS di Serbia dan kalau aku perlu sesuatu atau in trouble di Serbia segera kontak dan telepon dia.
Woowww...lagiii saya ketemu orang baik di perjalanan ini.
Setelah dia membayar dan mentraktir kami, kami melanjutkan perjalanan dan berjanji akan stay in contact. "Everything is for a reason" begitu katanya. Dan aku percaya itu..

Stasiun kereta Sargant eight


Mokra Gora, Western of Serbia. Why?
Mokra Gora itu adalah kampung kecil yang terletak di Serbia barat yang berjarak 5 km dari Border Bosnia Herzegovina. Disekitar sini banyak tempat yang indah yang masih menjadi hidden of Serbia.
Sama seperti Golubac, rencana perjalanan ke Mokra Gora ini sangat meragukan hati saya karena letaknya yang sangat terpencil. Tidak ada info yang cukup kesini. Tapi begitulah saya, semakin susah maka akan semakin tertantang. Membulatkan hati, dengan info yang minim kami berangkat.
Setelah selesai mengunjungi Golubac kami melanjutkan perjalanan menuju kota kecil Krajuavac, yang searah dengan Mokra Gora tujuan saya. Saya mending nginap disini ditempat yang tidak terkenal daripada balik Belgrade demi memotong jarak tempuh. Perjalanannya sekitar 2 dari Golubac ke Krajuavac.
Dari Golubac sempat masuk ke jalan tol sampai Krajuvac cuma bayar 2,5 €🤣🤣 Cari apartment yang kami sewa juga bikin bingung karena dinavi mobil juga gak ada. Google juga gak jelas. Tapi akhirnya tetep nemu. 
Rumah penduduk di Sargant Eight
Btw, di luar kota Krajuvac saat stop dipinggir jalan ngeset Navi, kami di hijack emak2 dan anak gadisnya yang sebesar anak saya. Mereka berdua tidak bisa bahasa Inggris sama sekali. Butuh waktu untuk bisa mengerti kalau mereka mau ikut mobil dengan kami ke tengah kota. Tadinya aku takut kalau mereka itu kaum gypsy jalanan yang memeras, tapi aku melihat mereka kedinginan dalam jalanan yang gelap, tidak tega rasanya aku menolak. Lagian mereka juga hanya emak dan anak yang lebih besar dikit dari Ribka, masak siih mereka jahat?
Ketika mereka keluar dari mobil di tengah kota, tak henti-hentinya mereka berterima kasih. Hatiku pun senang karena telah mengambil tindakan yang benar dengan memberikan tumpangan pada mereka tadi.

background view dari desa kuno Drvengrad

Ke Mokra Gora itu seyogianya perjalanan itu cuma 3 jam menurut navi, tapi kami menempuhnya dalam waktu 5 jam.
Jalanan jelek berkelok-kelok kayak ular naga. Belum lagi ada perbaikan jalan membuat perjalanan jadi macet dalam hutan belantara. Bagusnya walaupun hutan belantara karena macet total kendaraan jadi bertumpuk-tumpuk membuat saya jadi tidak takut sendiri berada di isolated area seperti ini.
Kami cuma punya modal alamat bungalow yang kami sewa di Mokra Gora yang tidak ada didalam navi, tapi beruntung navi masih tahu desa Mokra Gora, jadi kami berpatokan ke situ saja.
Sampai di Mokra Gora, kami temukan station Sargan Eight yang terkenal itu. Beruntung, orang Serbia itu sangat ramah. Saat kami bertanya alamat bungalow kami mereka langsung menunjukkan dengan baiknya. Kami pun lega.

Gereja yang menjadi icon di Drvengrad
Kesini itu karena ingin mengunjungi ;
1. Desa kuno yang bernama Drvengrad Mečavnik. Sebuah desa kuno yang berada di sebuah bukit dengan landscapes yang cantik sekali disekitarnya, memiliki bangunan kayu berbentuk zaman beuhula dan sebuah gereja kuno juga. Parkiran di desa Drvengrad ini gratis.
2. Sargan Eight, sebuah railway pendek yang melintasi lembah dan ngarai daerah ini dengan kereta kunonya. Parkirannya tersedia dan gratis.
Icon Drvengrad, Mokra Gora
3. Drina Water House, berjarak 1 jam dari desa Mokra Gora, letaknya berbatasan dengan Border Bosnia bagian lain. Kalau datang kesini musim Panas kita bebas berenang di sungainya, dan bisa sewa boat atau kayaking untuk mengunjungi rumah diatas batu itu. Parkirannya tersedia dan gratis.Dan disebelah Parkir ini ada restaurant bagus dan lumayan murah yang menghadap ke rumah di atas batu. Mereka menerima pembayaran Cash, euro dan CC. Juga ber wifi.
4. Uvac Canyon, sebuah canyon yang kusangka berada di Serbia ternyata berada di Bosnia di pinggiran Serbia. Sebuah Canyon yang indah sekali namun jalan kesini masih susah sekali. Belum permanen dan berkelok-kelok kayak ular naga.Jika ingin kesini mending cari tempat menginap yang dekat dengan lokasi karena jalannya yang belum permanen sangat sulit di prediksi jika harus kemalaman.



Note :
*Sekali lagi, pengalaman hidup di daerah terpencil di Kalimantan membuat nyali saya tetap besar dan jalan disini persis seperti jalan jelek Balikpapan-samarinda.
*Tidak ada transportasi umum kesini. Orang yang bisa sampai kedesa ini hanya bisa jika ikut tour atau bawa kendaraan sendiri. Dan saya beruntung karena bawa kendaraan sendiri.
Catatan ;
1.       Orang serbia itu sangat ramah dan helpful.
2.       Semua akomodasi di Serbia itu sangat lumayan murah jika musim summer sudah lewat.
3.       Setiap tol diserbia itu murah dan bisa dibayar cash dengan Rsd, euro dan credit card.
4.       Setiap Pom bensin menerima pembayaran dengan credit card.
5.       Jalan ke Mokra Gora itu kayak ular naga, dan sepi banget, karena mokra Gora itu masih sangat isolated sebenarnya, kesini itu perlu menginap 2-3 hari.
6.       Cari penginapan di Serbia itu gampang banget, saya booking semua melalui booking dot com dan semua owner bisa berbahasa inggris dengan baik. Info kedatangan check in itu sangat penting diberikan karena typicaly di budaya barat mereka tidak selalu standby.
7.       Hampir disetiap Pom bensin atau rest area selalu ada tanda (gambar tempat tidur atau wifi) yang artinya jika mau secara spontan nginap di situ ada kamar penginapan, jadi sebenarnya kalau tidak musim summer, booking in advance itu tidak di perlukan banget.
8. Saya booking akomodasi tunggu pagi ketika bangun hari itu mau lanjut kemana dan kira-kira nginap di daerah mana.

Semoga menginspirasi.

Biar ada plang nama sebuah tempat aku tetap tdk tahu artinya














Uvac Canyon
Uvac Canyoun dari google ku