Sabtu, 26 Oktober 2019

Kisah Emak dan anak menyetir sendiri ke Montenego



A Day Trip to Montenegro.

Seperti cerita saya sebelumnya, saya melakukan perjalanan ini hanya berdua saja dengan anak saya yang baru berumur 9 tahun dan semua persiapan  perjalanan yang saya lakukan sendiri.

Perjalanan dimulai dari Jerman (Frankfurt), dan setelah kami mengunjungi Zagreb, banyak tempat indah di Serbia timur, Serbia Tengah dan Dan Serbia Barat, kami melewati jalan berkelok-kelok kayak ular naga di Serbia dan Bosnia, dan setelah mengunjungi Mostar yang terkenal di Bosnia, saya memutuskan untuk heading ke Dubrovnik, Croatia. Ketika sampai di Dubrovnik, trip mobil sudah mencatat 2.763 km sampai disini. Dubrovnik berbatasan dengan Bosnia dan Montenegero. Saya ingin menginap di Dubrovnik dan dari Dubrovnik ini saya ingin melakukan day trip saja ke Montenegro karena sudah bosan pindah-pindah hotel.

Montenegro adalah sebuah negara kecil yang berada di pesisir laut adriatic, memiliki panorama laut dan pegunungan yang cantik sekali mengitarinya.

Montenegro belum menjadi bagian dari EU sama seperti Bosnia. WNI boleh memasuki Montenegro secara bebas selama 7 hari jika memiliki Visa Schengen.


Target tujuan saya ke Montenegro adalah sebuah kota yang bernama Kotor. Kotor adalah kota terbesar ke 2 setelah Podorico ibukota Montenegro. Kotanya sangat unik karena letaknya berada disebuah ceruk teluk yang melingkar penuh sehingga menyerupai danau. Menjadikannya sebagai the most beautiful bay in Europe dan menjadi The UNESCO world Herritage sites.

Ada target lain yang ingin saya kunjungi di Kotor, yaitu sebuah Monastery tua bernama Monastery Ostrog. Sebuah biara yang di bangun dengan cara di pahat kedalam perut gunung.


Ditolak di Border Bosnia.
Menuju Ostrog, Google ternyata mengarahkan kami kesebuah jalan yang melewati border Bosnia terlebih dulu. Monastery ini tidak terletak di kota Kotor, tetapi berada di luar kota yang jauh terpencil antara Kotor dan Podorico dan jalan terdekatnya kami harus melewati border ini.

Ini yang tidak kusangka sebelumnya. Memasuki Border control saya penuh percaya diri menyapa dalam bahasa Jerman. Tiba-tiba mereka minta Surat Green Card Driving (semacam International Insurance untuk seluruh wilayah Europe) dan STNK. Padahal selama perjalanan ini saya sudah 6x bolak-balik keluar masuk border Bosnia dari Serbia tapi tidak pernah dicheck apapun soal surat-menyurat mobil. Aku mulai panik mencari! Secara waktu berangkat aku percaya sama suami kalau dia telah memasukkan semuanya ke dasboard mobil. Setelah membolak balik document di dashboard ternyata cuma nemu Green card asli, STNKnya cuma copy-an. Woohaaa lemas dan mau ngamuklah aku sama suami.

Aku minta ijin menepikan mobil kepinggir dan bilang mau menelpon suami yang lagi berada di Tokyo. Yolooohh..nelpon berkali-kali telponnya tidak diangkat-angkat. Iya..inikan jam sibuknya dia di Tokyo, pasti dia lagi sibuk meeting dan Hp pasti dalam keadaan silent.

Pasrah dan putus asa aku berjalan menuju post control. Nasib mujur masih berbaik padaku, suami akhirnya melihat juga missed call ku di hpnya dan menelpon balik. Ternyata STNK asli tidak dia masukin ke file di Dashboard karena katanya selama ini kemana pun dia pergi tidak pernah diminta yang asli, kalau di eropa barat dan tengah aja copian itu sudah cukup. Gimana bisaaa..?? Lemas mau nangis akutu.


Akhirnya ku balik ke pos polisi, memelas bilang kalo aku nggak punya yang asli. Clear, aku tidak diijinin lewat dan harus puter balik ke Croatia. Aku seperti biasa pantang menyerah. Berusaha bernegosiasi ; “Please tolonglah kasih saya lewat, saya sudah jalan sejauh ini dari Jerman, melewati ribuan kilometer membawa anak kecil pula, dan sekarang cuma mau melakukan day trip ke Montenegro tidak bisa?? It’s really not fair. Saya sudah bolak-balik keluar masuk Bosnia di border Serbia tapi kenapa saya fine-fine saja? “ Saya sodorkan passport suruh mereka lihat stempel Bosnia memenuhi halaman passport saya di dalamnya. Kalau dihitung saya dan anak saya ada 6x bolak balik keluar masuk Bosnia selama trip ini sebelum tiba di border Montenegro ini.

Bapak tua yang mengontrol saya keukeuh cuma bilang kalo Bosnia dan Montenegro itu bukan  EU. Sebeel.. akhirnya aku dengan suara lemah dan sedih bilang: baiklah pak saya akan putar balik lagi, tidak jadi dah sampai ke Montenegro walaupun saya sulit menerima alasan ini, karena di eropa barat yang ketat saja saya tidak pernah di minta Surat yang asli.

Saya keluar dari ruangan itu, salah 1 polisi ikut keluar. Sambil mendekati saya setengah berbisik dia bilang, "coba lewat jalan yang sebelah pinggir laut, biasanya mereka tidak ketat kontrolnya dan tidak meminta surat asli, jaraknya sekitar 40 km saja dari sini" begitu katanya. Omaigaaatt…Ini bagaikan kata-kata ajaib nan merdu untuk moment seperti ini.


Aku balik ke Mobil dan minta pendapat anakku  apa mau coba ke border lain itu (aku memang selalu tanya pendapatnya jika ingin memutuskan sesuatu, memperlakukannya seperti dewasa untuk berpendapat).
Eehh anak ini bukannya takut malah bilang we drove here so far, we have to try it, 🤣🤣Gendeng! Rupanya darah adventourus sudah mengalir deras padanya. Denger omongannya, kami langsung putar haluan mencari border yang dimaksud.

Setelah 40 km kami sampai di border di jalur pinggir laut.
Betuul, border control ini easy going bangeet. Mereka hanya minta passport dan Green Card asli saja. Tanpa bicara apapun, setelah stempel passport kami langsung disuruh lewat.


Kondisi Jalan di Montenegro
Montenegro itu adalah daerah pegunungan, jalannya hampir tidak ada jalan yang lurus, semua berkelok-kelok, tapi semua jalan hampir beraspal dengan baik.

Kalau jalan di Serbia dan Bosnia kayak ular naga kelipat, bagiku jalan ke Montenego lebih sereem lagi.

Meninggalkan border Croatia dan memasuki border Montenegro sampai ke Kotor jalan masih biasa-biasa aja. Tapi begitu meninggalkan teluk Kotor menanjak naik menuju Ostrog jalannya sudah tidak rasional lagi. Sudah kayak benang kusut.
Dalam perjalanan ini,  ada sekitar 5 kilometer jalan tanah yang dalam proses perbaikan yang sempat membuat saya kuatir takut kalau ban mobil bakalan bocor kena batu yang tajam, tapi syukurlah situasi jalan jelek ini pendek saja. Dan saya pikir perbaikan jalan ini akan selesai beberapa bulan ke depan dan semua jalan akan menjadi halus.


Jalan menuju Monastery Ostrog itu sangat kecil, memiliki tikungan tajam yang sangat kejam. Tikungan tajamnya itu berada ditiap jarak 20-25 meter, karena jalannya yang sempit jika kita berpapasan maka salah satunya harus maju atau mundur ke tikungan yang dibuat agak luas untuk saling memberi jalan. Jalan ini sudah jalannya sempit di sebelah kanan kita naik hanyalah tebing.  Karena letak Monastery yang tinggi dan jalannya curam, saya sampai tidak mau sama sekali melihat kearah lembah walaupun berpemandangan indah, saya focuskan mata saya ke pinggiran kiri saja biar tidak ngeri sama ketinggian.

Menyusuri jalan berkelok kayak benang kusut ini membuat saya sempat membathin, bahwa saya akan mencoba semampu saya aja. Kalau keberanian itu sudah habis maka saya harus rela untuk putar balik. Tapi setelah saya jalani beberapa kilometer saya merasa baik-baik aja dan saya melihat anak saya yang duduk di kursi belakang pun tenang-tenang aja menikmati perjalanan, maka saya pun ikut tenang. Pemandangan alam yang luar biasa indah bagaikan lukisan membuat saya mantap dan bersemangat untuk menyelesaikan  perjalanan ini hingga tamat.


Ditangkap Polisi Speedcontrol Montenegro

Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan!
Sepulang dari Monastery Ostrog kembali ke Kotor (kami harus melewati jalur pinggir laut lagi karena takut  bermasalah di Border Bosnia itu). Ketika selesai melewati jalur benang kusut Ostrog dan melewati jalur ular kelipat sebelum Kotor, disebuah jalan yang agak lurus dibalik sebuah bukit tiba-tiba kami di stop oleh 2 orang polisi yang lagi berjaga disitu. Bukan cuma kami yang di stop tapi ada 2 mobil lainnya juga. Ku buka kaca mobil sopan menyapa dan pasang senyum semanis mungkin.

Si polisi permisi minta sim dan pasport. Aku kasih lihat sim Internasionalku saja. Setelah itu dia bilang aku overlimit…Whaattt… Saya mulai panik tapi otak sempat bekerja cepat untuk assertif.
Saya lihat polisinya suka senyum, langsung saja otak saya berpikir untuk mencari celah.
„Pak Orang Montenegro itu ternyata ramah dan suka senyum yaah” hahaha..aku mulai bertaktik.

„Iyaa orang Montenegro itu baik dan ramah” wuahaha..gayung bersambut pancingan ku mengena!

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membuka pembicaraan. Memuji negaranya yang indah, makanannya yang enak dan menyamakan kulturnya yang mirip-mirip Indonesia, dsb-dsb. Sampai akhirnya dia balik ke point aku over limit. Tapi aku sudah relax,sudah nggak panik lagi. Aku harus mencoba membawa keadaan ini ke kesituasi seperti pengalaman kita-kita dulu kalau kita di tangkap polantas di Indonesia, kita rayu polisinya..hahhaha… Maka kurayulah dia. Aku bilang aja please jangan berikan aku bad memory tentang Montenegro karena ini perjalanan pertama saya dan saya sangat menyukai negara ini, bla bla..you knowlah type rayuan pulau kelapa itu kayak apa. Akhirnya si polisi lemah dan bilang, baiklah I will let you go, tapi hati-hati jangan mengulangi dan minta fb mu supaya kita tetap bisa berteman..wuahaha…emak nenteng anak begini aja masih bisa dapat penggemar rupanya..wkwkwk…Aku tetep sopan bilang kalau aku punya Fb tapi jarang online (…bulshiiiitttt...) dan aku minta dia aja yang kasih Fbnya dan nanti aku yang add dia jika sudah sampai di hotel..hahaha. Berhasil dan sukses, pasport dan sim ku dikembalikan, kami berlalu dengan selamat, tentu saja aku tidak ingin add dia di Fb ku…hahhaha…

Ostrog Monastery

Monastery ini berada di pegunungan Ostrog yang berhadapan dengan lembah Zeta yang luas dengan panorama yang menakjubkan.

Monastery ini tidak ada alamat yang jelas di google, untuk kesini saya ngeset Desa Nikšić di navi mobil dan setelah sampai di Nikšić saya ikut apa kata google map offline saya aja di hp.

Belum ada transportasi umum menuju Ostrog, jika orang mau kesini harus naik kendaraan sendiri atau ikut tour dari Podorico atau Kotor. Ikut tour kesini sebenarnya tidak terlalu mahal menurutku apalagi tour itu di kombinasi dengan beberapa tempat yang menyajikan view yang spektakuler. Jika pengen ikut tour ini silahkan lihat link di bawah ini :
https://360monte.me/north-montenegro-durmitor-tara-ostrog-tour

Keunikan Monastery Ostrog yang dibangun di perut gunung dengan cara memahatnya kedalam perut gunung menjadikannya sangat unik. Kesakralannya yang terkenal jadi sering membuat rakyat Montenegro menggunakannya sebagai alat untuk bersumpah jika mereka menekankan makna didalam janji atau kata-kata mereka, “Demi Ostrog“.  

Didalam Monastery tidak boleh di foto sama sekali, hanya di halaman bawah dan diteras atas saja yang boleh difoto.

Monastery ini sangat misterius menurutku, bukannya merasa tempat ini suci tapi aku justru memiliki perasaan ganjil dan aneh tempat ini.
Penduduk setempat mensakralkan sekali tempat ini. Mereka yang datang kesini umumnya orang-orang yang religius. Monastery ini milik Kristen Ortodoks. Tidak boleh berpakaian seksi dan berbaju terbuka, banyak dari pengunjung religius yang menutup kepalanya seperti kerudung jilbab di Timur Tengah disini. Diantara grup mereka ada juga yang menyanyi lagu puji-pujian yang tentu saja dalam bahasa yang tidak ku mengerti.


Saking mereka menganggap tempat ini suci dan sakral, banyak diantara pengunjung yang melihat tiang dan dinding yang berlukisan batu mozaik marmer merabanya dengan penuh perasaan bahkan menciumnya. Sungguh melihat cara mereka ini saya justru tidak merasa sakral tapi justru merasa ganjil bahkan musrik. Entahlah, maafkannya saya.

Didalam Monestary yang berada di perut bumi ini ada ruangan altar untuk berdoa bagi arwah yang sudah meninggal dan ruangan altar berdoa bagi yang masih hidup. Kita bisa menuliskan nama-nama yang ingin kita doakan dan kita bisa meminta bishop yang bertugas disitu untuk mendoakannya. Didalam ruangan ini saya rasakan ada kekuatan luar biasa sekali. Seperti ada kekuatan magis yang tak terlihat. Aku bahkan merasa ada tenaga besar yang menarik ku untuk bertekuk lutut di depan sebuah altar kecil dipojok ruangan. Tak kuasa dalam telut ku aku bahkan sampai menangis tersedu-sedu.


Catatan :

1.      Walaupun Monastery Ostrog ini milik kaum Kristen Ortodoks, tetapi agama apaun tidak dilarang untuk masuk kesini. Dan untuk masuk kesini tidak dikenakan biaya alias gratis.
2.      Pada bulan Mei-September jam bukanya 06:00-17:00, dan Oktober-April 05:00-16:00.
3.      Jangan berbaju terbuka, bercelana/ber-rok pendek (perempuan) tidak berbaju sexy
4.      Monastery ada 2 level ; upper level dan lower level
5.      Kalau membawa kendaraan sendiri bisa langsung parkir di Upper level persis disamping Monastery dan parkirnya gratis.
6.      Jika ikut tour minibus, ada yang hanya sampai di lower level tapi ada juga yang sampai ke upper level. Jarak lower dan upper ini lumayan jauh.
7.      Jika ingin spend time di Monastery ini, di lower level itu ada dormitory yang dikelola oleh monastery seharga €4/bed/night. Disekitarnya pun ada resoran kecil dan harganya cukup murah.

Demikian kisah perjalanan emak dan anak ke Montenegro, semoga bermanfaat.

Facebook : Alce Ganyau
Instagram : Alce Ganyau 

Dari teras atas Monastery

Pemandangan di Perast

Gereja di tengah teluk, kesini itu harus naik boat




Tidak ada komentar:

Posting Komentar