Sabtu, 20 Januari 2018

Lelaki ber-attitude di Pulau Kelor


Respek untuk sang Guide.

Rasa kagum dan respek ku untuk seorang guide membuatku menuliskan tulisan ini.
Faris

Setiap kita melakukan perjalanan pasti akan ada guratan2 perjalanan yang sangat membekas. Begitu juga perjalananku ke Flores ada goresan yang tersisa. Bukan hanya karena alamnya yang indah nan eksotik tapi ada satu tingkah kecil anak manusia yang mampu menggugah rasa dalam hati
menimbulkan rasa kagum dan hormat akan sikapnya.
Dia adalah Guide tourist kami yang bernama Fariz yang menemani kami sailing di Labuan Bajo. Sikapnya sederhana bahkan terkesan malu2.
Pagi terakhir dalam jadwal sailing kami, kami menuju Pulau Kelor yang letaknya tidak jauh dari Dermaga Labuan Bajo.
Tujuan kami kesini adalah snorkling dan trekking sampai ke Puncak Kelor. Pulau ini adalah pulau terakhir dan pulau penutup dari trip kami.
Pulau berkemiringan 45 derajat ini sangat mini menurutku. Berpantai kecil mungil namun berpasir putih halus bersih. Memiliki ketinggian yang tidak terlalu tinggi namun dipastikan memiliki pemandangan yang spektakular jika kita mampu naik ke puncak sana.
Small beach of Kelor Island
Ketika kapal bersandar aku dan anak ku yang berumur 7 thn memilih langsung turun snorkling. Suami memilih untuk ngaso di kapal saja karena kulitnya habis kebakar. Guide kami memilih menonton kami dari jauh sambil duduk dibawah pohon di pantai.
Pulau ini tidak berpenghuni, namun karena posisinya yang tidak jauh dari Labuan bajo(kelihatan) maka orang yang mau mendatangi pulau ini cukup mendatanginya dgn boat pulang balik dari dermaga Bajo jika mau.
Saat itu pun tidak banyak pengunjungnya cuma ada segelintir group turis tiongkok yang bersuara riuh ribut seperti biasanya. Mereka sama sekali tidak menikmati keheningan dan keindahan yang ada namun hanya sibuk action untuk video dengan drone yang mereka bawa, sibuk selfie utk memenuhi ego pamer mereka di sosmed. Barangkali!
Fariz menawarkan aku trekking ke puncak. Takut rugi jika tidak naik ke atas ku iyakan saja walaupun malas karena hari sudah meninggi panas. 
Kami merangkak naik, jalan tanah setapak berbatu lumayan curam dan berbahaya. Sekali salah injak bisa langsung jatuh dan terguling sampai ke dasar. Mencapai puncak rasa capek lunas terbayar dengan magic pemandangan yang indah eksotik.
Saat saya sibuk memotret saya melihat Fariz sibuk sana sini bolak balik keluar masuk semak yang meninggi sambil membawa bungkusan kresek.
Penuh heran saya bertanya apa yang dia bawa? Jawabnya; ngumpulin sampah2 yang dibuang pengunjung untuk dibawa turun ke kapal dan nantinya bisa buang di bak sampah di daratan Labuan Bajo.
Terpana dan terkesima aku menatapnya.
Faris... Kau telah membuatku jatuh cinta.
Cinta akan attitude mu yang telah membuat perbedaan antara manusia biasa menjadi manusia spesial.Kau memberi contoh yang baik. Kau manusia ber-attitude yang jarang aku temui. Aku respek padamu.
Tak nyaman sekedar menumpang selfie aku pun ikut membantunya mengumpulkan sampah. Plastis kresek kami penuh. Kami turun!
Lega hati menemukan suatu sikap yang nyata dari diri seorang guide yang sederhana yang sebenarnya belum pernah kemana2. 
Disini saya mau berpesan; gaizz, para penjelajah, para traveller, pengelana atau hunter profile sosmed. Jika kalian pergi ke suatu tempat, wisata atau bukan jagalah lingkungan yang ada. Bawalah sampah botol minumanmu, bungkus makanan atau bungkus rokokmu pulang. Janganlah buang sembarangan! Simpanlah sampah mu sementara sampai kau bisa membuangnya di tempat yang tepat.
Fariz, Ingin ku kau tahu bahwa aku menulis tentang mu. Aku bangga pada mu lelaki ber-attitude. Teruslah menjaga pulau surgamu.
Love and Happy travelling, jangan lupa juga save environment!
Pulau Kelor 2 January 2018.
Boat kami
Pulau Kelor dari Kejauhan

Jalan ke atas  harus merangkak pelan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar