A Day Trip to Montenegro.
Seperti cerita saya sebelumnya, saya
melakukan perjalanan ini hanya berdua saja dengan anak saya yang baru berumur 9
tahun dan semua persiapan perjalanan yang
saya lakukan sendiri.
Perjalanan dimulai dari Jerman (Frankfurt), dan setelah kami mengunjungi
Zagreb, banyak tempat indah di Serbia timur, Serbia Tengah dan Dan
Serbia Barat, kami melewati jalan berkelok-kelok kayak ular naga di
Serbia dan Bosnia, dan setelah mengunjungi Mostar yang terkenal di Bosnia, saya memutuskan untuk heading ke Dubrovnik, Croatia. Ketika sampai di Dubrovnik, trip mobil sudah mencatat 2.763 km sampai disini. Dubrovnik berbatasan dengan Bosnia dan Montenegero. Saya ingin menginap di Dubrovnik dan dari Dubrovnik ini saya ingin melakukan day trip saja ke Montenegro karena sudah bosan pindah-pindah hotel.
Montenegro adalah sebuah negara
kecil yang berada di pesisir laut adriatic, memiliki panorama laut dan pegunungan
yang cantik sekali mengitarinya.
Montenegro belum
menjadi bagian dari EU sama seperti Bosnia. WNI boleh memasuki Montenegro
secara bebas selama 7 hari jika memiliki Visa Schengen.
Target tujuan saya ke Montenegro adalah sebuah kota yang bernama Kotor.
Kotor adalah kota terbesar ke 2 setelah Podorico ibukota Montenegro.
Kotanya sangat unik karena letaknya berada disebuah ceruk teluk yang
melingkar penuh sehingga menyerupai danau. Menjadikannya sebagai the
most beautiful bay in Europe dan menjadi The UNESCO world Herritage
sites.
Ada target lain yang ingin saya
kunjungi di Kotor, yaitu sebuah Monastery tua bernama Monastery Ostrog. Sebuah
biara yang di bangun dengan cara di pahat kedalam perut gunung.
Ditolak
di Border Bosnia.
Menuju Ostrog, Google
ternyata mengarahkan kami kesebuah jalan yang melewati border Bosnia terlebih
dulu. Monastery ini tidak terletak di kota Kotor, tetapi berada di luar kota
yang jauh terpencil antara Kotor dan Podorico dan jalan terdekatnya kami harus
melewati border ini.
Ini yang tidak kusangka sebelumnya. Memasuki Border control saya penuh
percaya diri menyapa dalam bahasa Jerman. Tiba-tiba mereka minta Surat
Green Card Driving (semacam International Insurance untuk seluruh
wilayah Europe) dan STNK. Padahal selama perjalanan ini saya sudah 6x
bolak-balik keluar masuk border Bosnia dari Serbia tapi tidak pernah
dicheck apapun soal surat-menyurat mobil. Aku mulai panik mencari!
Secara waktu berangkat aku percaya sama suami kalau dia telah memasukkan
semuanya ke dasboard mobil. Setelah membolak balik document di
dashboard ternyata cuma nemu Green card asli, STNKnya cuma copy-an.
Woohaaa lemas dan mau ngamuklah aku sama suami.
Aku minta ijin menepikan mobil kepinggir dan bilang mau menelpon suami yang
lagi berada di Tokyo. Yolooohh..nelpon berkali-kali telponnya tidak
diangkat-angkat. Iya..inikan jam sibuknya dia di Tokyo, pasti dia lagi sibuk
meeting dan Hp pasti dalam keadaan silent.
Pasrah dan putus asa aku berjalan
menuju post control. Nasib mujur masih berbaik padaku, suami akhirnya melihat juga
missed call ku di hpnya dan menelpon balik. Ternyata STNK asli tidak dia masukin
ke file di Dashboard karena katanya selama ini kemana pun dia pergi tidak
pernah diminta yang asli, kalau di eropa barat dan tengah aja copian itu sudah cukup.
Gimana bisaaa..?? Lemas mau nangis akutu.
Akhirnya ku balik ke pos polisi, memelas bilang kalo aku nggak punya
yang asli. Clear, aku tidak diijinin lewat dan harus puter balik ke
Croatia. Aku seperti biasa pantang menyerah. Berusaha bernegosiasi ;
“Please tolonglah kasih saya lewat, saya sudah jalan sejauh ini dari
Jerman, melewati ribuan kilometer membawa anak kecil pula, dan sekarang
cuma mau melakukan day trip ke Montenegro tidak bisa?? It’s really not
fair. Saya sudah bolak-balik keluar masuk Bosnia di border Serbia tapi
kenapa saya fine-fine saja? “ Saya sodorkan passport suruh mereka lihat
stempel Bosnia memenuhi halaman passport saya di dalamnya. Kalau
dihitung saya dan anak saya ada 6x bolak balik keluar masuk Bosnia
selama trip ini sebelum tiba di border Montenegro ini.
Bapak tua yang mengontrol
saya keukeuh cuma bilang kalo Bosnia dan Montenegro itu bukan EU. Sebeel..
akhirnya aku dengan suara lemah dan sedih bilang: baiklah pak saya akan putar
balik lagi, tidak jadi dah sampai ke Montenegro walaupun saya sulit menerima
alasan ini, karena di eropa barat yang ketat saja saya tidak pernah di minta Surat
yang asli.
Saya keluar dari ruangan itu, salah 1 polisi ikut keluar. Sambil mendekati saya
setengah berbisik dia bilang, "coba lewat jalan yang sebelah pinggir laut,
biasanya mereka tidak ketat kontrolnya dan tidak meminta surat asli, jaraknya
sekitar 40 km saja dari sini" begitu katanya. Omaigaaatt…Ini bagaikan
kata-kata ajaib nan merdu untuk moment seperti ini.
Aku balik ke Mobil dan minta pendapat anakku apa mau coba ke border lain itu (aku memang
selalu tanya pendapatnya jika ingin memutuskan sesuatu, memperlakukannya
seperti dewasa untuk berpendapat). Eehh
anak ini bukannya takut malah bilang we drove here so far, we have to try it, 🤣🤣Gendeng! Rupanya darah adventourus sudah mengalir deras
padanya. Denger omongannya, kami langsung putar haluan mencari border yang
dimaksud.
Setelah 40 km kami sampai di border di jalur pinggir laut. Betuul, border control ini easy going bangeet. Mereka hanya
minta passport dan Green Card asli saja. Tanpa bicara apapun, setelah stempel
passport kami langsung disuruh lewat.
Kondisi Jalan di
Montenegro
Montenegro itu adalah daerah
pegunungan, jalannya hampir tidak ada jalan yang lurus, semua berkelok-kelok,
tapi semua jalan hampir beraspal dengan baik.
Kalau jalan di Serbia dan Bosnia
kayak ular naga kelipat, bagiku jalan ke Montenego lebih sereem lagi.
Meninggalkan border Croatia dan
memasuki border Montenegro sampai ke Kotor jalan masih biasa-biasa aja. Tapi
begitu meninggalkan teluk Kotor menanjak naik menuju Ostrog jalannya sudah
tidak rasional lagi. Sudah kayak benang kusut.
Dalam perjalanan ini, ada sekitar 5 kilometer jalan tanah yang dalam
proses perbaikan yang sempat membuat saya kuatir takut kalau ban mobil bakalan
bocor kena batu yang tajam, tapi syukurlah situasi jalan jelek ini pendek saja.
Dan saya pikir perbaikan
jalan ini akan selesai beberapa bulan ke depan dan semua jalan akan menjadi
halus.
Jalan menuju
Monastery Ostrog itu sangat kecil, memiliki tikungan tajam yang sangat kejam.
Tikungan tajamnya itu berada ditiap jarak 20-25 meter, karena jalannya yang
sempit jika kita berpapasan maka salah satunya harus maju atau mundur ke
tikungan yang dibuat agak luas untuk saling memberi jalan. Jalan ini sudah
jalannya sempit di sebelah kanan kita naik hanyalah tebing. Karena letak Monastery yang tinggi dan
jalannya curam, saya sampai tidak mau sama sekali melihat kearah lembah
walaupun berpemandangan indah, saya focuskan mata saya ke pinggiran kiri saja
biar tidak ngeri sama ketinggian.
Menyusuri jalan berkelok kayak
benang kusut ini membuat saya sempat membathin, bahwa saya akan mencoba semampu
saya aja. Kalau keberanian itu sudah habis maka saya harus rela untuk putar
balik. Tapi setelah saya jalani beberapa kilometer saya merasa baik-baik aja
dan saya melihat anak saya yang duduk di kursi belakang pun tenang-tenang aja
menikmati perjalanan, maka saya pun ikut tenang. Pemandangan alam yang luar
biasa indah bagaikan lukisan membuat saya mantap dan bersemangat untuk menyelesaikan perjalanan ini hingga tamat.
Ditangkap Polisi
Speedcontrol Montenegro
Ini
adalah pengalaman yang tak terlupakan!
Sepulang
dari Monastery Ostrog kembali ke Kotor (kami harus melewati jalur pinggir laut
lagi karena takut bermasalah di Border
Bosnia itu). Ketika selesai melewati jalur benang kusut Ostrog dan melewati
jalur ular kelipat sebelum Kotor, disebuah jalan yang agak lurus dibalik sebuah
bukit tiba-tiba kami di stop oleh 2 orang polisi yang lagi berjaga disitu.
Bukan cuma kami yang di stop tapi ada 2 mobil lainnya juga. Ku
buka kaca mobil sopan menyapa dan pasang senyum semanis mungkin.
Si polisi permisi minta sim dan pasport. Aku kasih lihat
sim Internasionalku saja. Setelah itu dia bilang aku overlimit…Whaattt… Saya
mulai panik tapi otak sempat bekerja cepat untuk assertif.
Saya lihat polisinya suka senyum, langsung saja otak saya
berpikir untuk mencari celah.
„Pak Orang Montenegro itu ternyata ramah dan suka senyum
yaah” hahaha..aku mulai bertaktik.
„Iyaa orang Montenegro itu baik dan ramah”
wuahaha..gayung bersambut pancingan ku mengena!
Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membuka pembicaraan. Memuji
negaranya yang indah, makanannya yang enak dan menyamakan kulturnya yang
mirip-mirip Indonesia, dsb-dsb. Sampai akhirnya dia balik ke point aku
over limit. Tapi aku sudah relax,sudah nggak panik lagi. Aku harus
mencoba membawa keadaan ini ke kesituasi seperti pengalaman kita-kita
dulu kalau kita di tangkap polantas di Indonesia, kita rayu
polisinya..hahhaha… Maka kurayulah dia. Aku bilang aja please jangan
berikan aku bad memory tentang Montenegro karena ini perjalanan pertama
saya dan saya sangat menyukai negara ini, bla bla..you knowlah type
rayuan pulau kelapa itu kayak apa. Akhirnya si polisi lemah dan bilang,
baiklah I will let you go, tapi hati-hati jangan mengulangi dan minta fb
mu supaya kita tetap bisa berteman..wuahaha…emak nenteng anak begini
aja masih bisa dapat penggemar rupanya..wkwkwk…Aku tetep sopan bilang
kalau aku punya Fb tapi jarang online (…bulshiiiitttt...) dan aku minta
dia aja yang kasih Fbnya dan nanti aku yang add dia jika sudah sampai di
hotel..hahaha. Berhasil dan sukses, pasport dan sim ku dikembalikan,
kami berlalu dengan selamat, tentu saja aku tidak ingin add dia di Fb
ku…hahhaha…
Ostrog Monastery
Monastery ini berada di pegunungan
Ostrog yang berhadapan dengan lembah Zeta yang luas dengan panorama yang
menakjubkan.
Monastery ini tidak ada alamat yang
jelas di google, untuk kesini saya ngeset Desa Nikšić di navi mobil dan setelah sampai di Nikšić saya ikut apa kata google map offline saya aja di hp.
Belum ada transportasi umum menuju Ostrog, jika orang mau
kesini harus naik kendaraan sendiri atau ikut tour dari Podorico atau Kotor.
Ikut tour kesini sebenarnya tidak terlalu mahal menurutku apalagi tour itu di
kombinasi dengan beberapa tempat yang menyajikan view yang spektakuler. Jika
pengen ikut tour ini silahkan lihat link di bawah ini :
https://360monte.me/north-montenegro-durmitor-tara-ostrog-tour
Keunikan
Monastery Ostrog yang dibangun di perut gunung dengan cara memahatnya kedalam
perut gunung menjadikannya sangat unik. Kesakralannya yang terkenal jadi sering
membuat rakyat Montenegro menggunakannya sebagai alat untuk bersumpah jika
mereka menekankan makna didalam janji atau kata-kata mereka, “Demi Ostrog“.
Didalam
Monastery tidak boleh di foto sama sekali, hanya di halaman bawah dan diteras
atas saja yang boleh difoto.
Monastery ini
sangat misterius menurutku, bukannya merasa tempat ini suci tapi aku justru
memiliki perasaan ganjil dan aneh tempat ini.
Penduduk
setempat mensakralkan sekali tempat ini. Mereka yang datang kesini umumnya
orang-orang yang religius. Monastery ini milik Kristen Ortodoks. Tidak boleh
berpakaian seksi dan berbaju terbuka, banyak dari pengunjung religius yang
menutup kepalanya seperti kerudung jilbab di Timur Tengah disini. Diantara grup
mereka ada juga yang menyanyi lagu puji-pujian yang tentu saja dalam bahasa
yang tidak ku mengerti.
Saking mereka
menganggap tempat ini suci dan sakral, banyak diantara pengunjung yang melihat
tiang dan dinding yang berlukisan batu mozaik marmer merabanya dengan penuh
perasaan bahkan menciumnya. Sungguh melihat cara mereka ini saya justru tidak
merasa sakral tapi justru merasa ganjil bahkan musrik. Entahlah, maafkannya saya.
Didalam Monestary yang berada di
perut bumi ini ada ruangan altar untuk berdoa bagi arwah yang sudah meninggal
dan ruangan altar berdoa bagi yang masih hidup. Kita bisa menuliskan nama-nama
yang ingin kita doakan dan kita bisa meminta bishop yang bertugas disitu untuk
mendoakannya. Didalam ruangan ini saya rasakan ada kekuatan luar biasa sekali. Seperti
ada kekuatan magis yang tak terlihat. Aku bahkan merasa ada tenaga besar yang
menarik ku untuk bertekuk lutut di depan sebuah altar kecil dipojok ruangan. Tak kuasa dalam telut ku aku bahkan sampai
menangis tersedu-sedu.
Catatan :
1. Walaupun Monastery Ostrog ini milik
kaum Kristen Ortodoks, tetapi agama apaun tidak dilarang untuk masuk kesini.
Dan untuk masuk kesini tidak dikenakan biaya alias gratis.
2.
Pada bulan Mei-September jam bukanya 06:00-17:00, dan
Oktober-April 05:00-16:00.
3.
Jangan berbaju terbuka, bercelana/ber-rok pendek
(perempuan) tidak berbaju sexy
4.
Monastery ada 2 level ; upper level
dan lower level
5.
Kalau membawa kendaraan sendiri bisa langsung parkir di
Upper level persis disamping Monastery dan parkirnya gratis.
6.
Jika ikut tour minibus, ada yang
hanya sampai di lower level tapi ada juga yang sampai ke upper level. Jarak
lower dan upper ini lumayan jauh.
7.
Jika ingin spend time di Monastery
ini, di lower level itu ada dormitory yang dikelola oleh monastery seharga
€4/bed/night. Disekitarnya pun ada resoran kecil dan harganya cukup murah.
Demikian kisah perjalanan emak dan anak
ke Montenegro, semoga bermanfaat.
Facebook : Alce Ganyau
Instagram : Alce Ganyau
|
Dari teras atas Monastery |
|
|
Pemandangan di Perast |
|
|
Gereja di tengah teluk, kesini itu harus naik boat
|
|